
Mahasiswa hukum agama Islam berusia 20 tahun, Ibnu Batutah (1304–1368), yang bernama lengkap Abu Abdullah Muhammad Ibnu Abdullah Al Lawati Al Tanji Ibnu Battuta, berangkat dari Tangier, sebuah kota di Maroko utara, pada tahun 1325, berziarah ke Mekah, sekitar 3.000 mil (lebih dari 4.800 km) ke arah Timur.
Perjalanan itu memakan waktu 18 bulan untuk diselesaikan dan di sepanjang jalan dia bertemu dengan kesialan dan kesulitan, termasuk serangan bandit, penyelamatan oleh Badui, badai pasir yang ganas, dan dehidrasi.
Ibn Battuta (diperankan Chems Eddine Zinoun, yang wafat tanggal 12 November 2008) berangkat tahun 1325M dari kampung halamannya di Tangier, Maroko menyusuri pantai dan pegunungan utara Afrika menuju Mesir.
Dalam perjalanannya ia menghadapi kerasnya tantangan alam dan, tentu saja, perampokan. Ia nyaris kehilangan nyawanya, jika saja seorang pemimpin suku nomaden tidak mencegah para perampok lebih jauh. Tidak lama Ibn Battuta ditampung di perkemahan pemimpin suku tsb dan menanyakan mengapa ia bersikeras pergi haji ke Mekkah.
Pemimpin suku ini (diperankan Hassam Ghancy) tahu bahwa Ibn Battuta memiliki kerabat kaya di Kairo dan menawarkan diri mengawal hingga kota piramid. Dengan bayaran tinggi tentunya. Ibn Battuta menolaknya dan melanjutkan perjalanan menuju Laut Merah agar bisa menyeberang ke Mekkah.
Perang Byzantium membuat keadaan pantai tidak aman dan Ibn Battuta nyaris menyerah. Sang pemimpin suku mengikutinya dan kembali menawarkan bantuan. Akhirnya Ibn Battuta mengalah dan berdua mereka kembali ke pantai utara menuju Damaskus.
Di Damaskus keduanya berpisah. Sang pemimpin Badui menolak ketika diajak Ibn Battuta pergi haji ke Mekkah. “Allah belum memanggilku,” katanya. Ia mengembalikan uang upah Ibn Battuta dan minta dibelikan hewan qurban baginya untuk dipersembahkan kepada Allah SWT.
Ibn Battuta bergabung dengan ribuan jamaah haji dari Damaskus menuju Mekkah.
Seusai haji Ibn Battuta ingat sebuah hadits Rasulallah,”Pergilah menuntut ilmu hingga ke negeri Cina.” Ia terinspirasi hadits tsb dan melanjutkan perjalanan bertualang ke nyaris seluruh negeri Jazirah Arab, Cina, India, Andalusia, dan sebagian Asia Tenggara.
Ia tiba di Baghdad beberapa tahun setelah Persia dihancurleburkan oleh Genhis Khan. Catatan mengatakan ia sempat berkunjung ke pulau Sumatera. Total 40 negeri ia kunjungi, 5 kali pergi haji, dan 3 kali perjalanan lebih jauh dibanding Marco Polo.
Ibn Battuta baru kembali ke kampung halamannya 29 tahun berikutnya. Kelak ia memiliki murid yang menjadi juru tulisnya, sementara Ibn Battuta menarasikan kisah perjalanannya.
