
Inggris, 1021. Rob Cole, seorang anak laki-laki yang lahir di kota pertambangan yang menyedihkan, bersumpah untuk menjadi seorang dokter dan mengalahkan penyakit dan kematian. Jalannya yang keras selama bertahun-tahun, pencarian pengetahuan yang dikepung oleh tantangan dan pengorbanan yang tak terhitung jumlahnya, membawanya ke Isfahan yang terpencil, di Persia, di mana dia bertemu dengan Ibnu Sina, penyembuh terhebat di masanya.
Satu pertanyaan yang ingin saya ajukan setelah menonton film ini adalah; benarkah teknik pengobatan modern pertama ditemukan di Timur Tengah? Banyak kontroversi seputar pendapat bahwa pengobatan modern mulai berkembang di jaman keemasan, dari sudut pandang yang lain, ilmu-ilmu sains justru muncul di akhir jaman kegelapan dan pelopornya kebanyakan dari umat Muslim.
Meski melelahkan, barangkali kamu perlu menonton film The Physician (2013) jika ingin tahu –paling tidak sedikit tentang sejarah pengobatan. Perlu di catat, film ini adalah adaptasi dari Novel laris di Inggris dengan judul yang sama karangan Noah Gordon dan dikemas tidak berdasarkan kisah nyata.
Cerita bermula di Eropa pada abad pertengahan, tepatnya di Inggris, 1021 M, di mana pengobatan yang telah dikembangkan pada masa Romawi telah dilupakan. Pada saat yang sama di belahan dunia lain (Arab), ilmu pengobatan bisa dikatakan cukup maju. Tokoh utama dalam film ini adalah Rob Cole, diperankan oleh Tom Payne. Pertama kali ia menyadari perihal instingnya terhadap penyakit mematikan adalah ketika meletakkan tangannya di atas jantung sang ibu yang saat itu tengah kritis karena penyakit typus. Tak bisa di anggap remeh, bahwa pada saat itu penyakit typus adalah sebuah penyakit yang mengerikan dan belum ada obatnya.
Rob Cole digambarkan sebagai seorang anak dari keluarga miskin, sampai suatu ketika ibunya meninggal, ia terpaksa harus berpisah dari adik-adiknya. Otomatis, hidupnya kian sengsara dan terlantar. Meski begitu, Rob tak menyerah untuk terus melanjutkan hidup seorang diri. Selang beberapa hari Rob memohon diri untuk ikut mengembara bersama seorang tabib yang ilmunya masih pada fase biasa saja –karena ia baru bisa menyembuhkan penyakit kutil, pencegahan kehamilan, dan tulang yang keseleo. Tabib itu bernama Barber, diperankan oleh Stallen Skarsgard. Olehnya Rob tumbuh besar dengan segala macam intrik yang membuatnya justru merasa terkekang.
Suatu hari, karena sudah berumur, Barber menyadari penglihatannya berkurang. Ternyata itu adalah penyakit katarak. Ia dibawa ke seorang tabib yang lebih pintar dan akhirnya sembuh. Mengetahui hal itu, Rob begitu antusias dan ingin bisa menyembuhkan penyakit tersebut, maka ia bertanya kepada tabib yang menyembuhkan Barber; kepada siapakah kau belajar pengobatan? “Ibnu Sina,” jawab tabib itu.
Untuk belajar pada Ibnu Sina, banyak hal yang harus dilakukan sebagai prasyarat. Selain ia harus pergi ke tempat yang sangat jauh—london samapi mesir—ia juga diharuskan untuk menjadi seorang Yahudi. Yang menarik, di sebuah scene Rob dengan tulus ikhlas memotong ujung kemaulannya (sunat) secara berdikari. Hal ini ia lakukan semata-mata untuk bisa ikut rombongan Yahudi yang akan menuju Mesir, di mana Ibnu Sina berada.
Singkat cerita, Rob pergi seorang diri ke Alexandria melalui jalur laut dengan kapal selama berbulan-bulan. Bahkan itu belum cukup, ia harus menyeberangi padang pasir yang luas dengan berjalan kaki. Dan di sinilah muncul “vitamin” yang menyegarkan mata dan hati; perempuan bertubuh seksi berbudi luhur. Perempuan tersebut bernama Rebecca yang diperankan oleh Emma Rigby, dan akhirnya menjadi pasangan hidupnya.
Rob sampai di Mesir dan berhasil bertemu dengan Ibnu Sina. Setelah belajar cukup lama, ada hal yang dirasa kurang oleh Rob. Ia begitu ingin mempelajari organ dalam manusia yang kini sering kita sebut sebagai ilmu anatomi tubuh. Namun sial bagi Rob, di masa itu ilmu anatomi belum begitu terjamah –bahkan tak bisa dikuasai karena aturan dan hukum agama yang melarangnya. Hal tersebut tentu saja tak memudarkan niat Rob untuk bisa masuk ke batas-batar terlarang itu. Maka di sinilah awal malapetaka datang sebagai konflik yang cukup mendebarkan.
Rob dituduh melakukan penistaan hukum karena membedah tubuh manusia. Akhirnya ia dijebloskan ke penjara. Beruntung, karena ia disukai oleh seorang pemimpin (bernama Shah) di tempatnya tinggal, akhirnya ia dibebaskan. Ya, pada masa itu adalah masa-masa di mana orang-orang akrab dengan peperangan. Rob pun menunjukkan kemampuannya—yang sudah mempelajari anatomi untuk menyembuhkan pemimpin penggila burung elang ini.
Di satu scane, tiba-tiba Shah Ala Ad-Daula mengalami sakit typus, sementara perang tinggal menunggu genderang. Dan Ad-Daula memilih untuk bertaruh dari pada mati di atas ranjang. Good job! Akhirnya Rob dapat menyelamatkan Shah dari sakitnya. dan berhasil membuat Shah bangkit untuk berperang –meski keadaannya belum benar-benar pulih.
Jika ingin menontonnya, kamu harus sabar dan carilah posisi terbaik untuk duduk, sebab durasinya 135 menit, lebih dari dua jam. Film The Physician (2013) termasuk film ringan. dan saya pikir 7 adalah rating yang pas untuk jenis film yang memakai setting lawas dalam tiap adegannya. Terakhir, Saya ingin mengutip sebuah percakapan yang sangat menarik antara Rob dan Ibnu Sina.
Ibnu Sina : “Aku telah membuat banyak volume perhitungan. Aku hanya ingin mengorek rahasia penciptaan.”
Rob : “Bukankah frustasi, jika begitu banyak hal yang ingin kita ketahui?”
Ibnu Sina : “Tidak! Aku hanya takjub. Dunia hanya biasa-biasa saja dan membosankan tanpa misteri.”
